- Marcel
Pelatihan Pakan Mandiri Kunci Usaha Perikanan Budidaya

Berkembangnya usaha perikanan budidaya di tengah masyarakat ternyata menghadapi masalah yang cukup pelik, yakni ketersediaan pakan. Data dari Kementerian Kelautan (KKP) dan Perikanan mengungkapkan bahwa selama ini ketersediaan pakan yang berkualitas masih bergantung pada produk impor. Hal tersebut membuat harga pakan masih tinggi dan menimbulkan ketidakpastian bagi pelaku usaha budidaya ikan.
Demi mengatasi masalah pakan ini, pemerintah melalui KKP terus menggencarkan pembinaan dan pelatihan pembuatan pakan mandiri. Karena data yang dihimpun menyimpulkan dengan penggunaan pakan mandiri maka biaya operasional bisa ditekan sebesar 30%. Jika dapat menekan biaya hingga 30%, tentu saja hal ini akan menjadi titik cerah bagi para pemilik usaha perikanan budidaya.
Pembelian Pakan Memakan 60-80% Biaya Produksi Usaha Perikanan Budidaya
Selama ini berdasarkan perhitungan secara teknis, ternyata pembelian pakan menghabiskan 60-80% dari biaya produksi. Karena pakan yang dibutuhkan harus memenuhi standar kualitas, agar bisa memaksimalkan keuntungan yang didapat para pelaku budidaya. Oleh karena itulah Badan Riset dan Sumber Daya Manusia Kelautan dan Perikanan (BRSDM) terus berusaha menggalakkan pelatihan pembuatan pakan mandiri.
Pembuatan pakan ikan secara mandiri bukan hanya dapat menekan biaya, namun juga meningkatkan efisiensi. I Nyoman Radiarta selaku Kepala BRSDM mengungkapkan bahwa pemerintah terus mengupayakan solusi dari masalah pakan ini, termasuk mencari bahan baku pakan ikan alternatif. Karena dengan mengupayakan pembuatan pakan ikan mandiri, selain memenuhi kebutuhan pakan juga akan meningkatkan kemandirian para pelaku pembudidaya ikan.
BRSDM Menggalakan Pelatihan Pembuatan Pakan Mandiri di Berbagai Daerah
Pelatihan Pembuatan Pakan yang telah diselenggarakan di Kabupaten Trenggalek dan Ponorogo, Jawa Timur pada 25-26 Agustus telah menyedot 300 peserta. Jumlah tersebut bukan hanya dihadiri oleh pelaku usaha perikanan budidaya, tetapi pihak lain yang tertarik untuk membuka dan mengembangkan usaha pembuatan pakan di 2 kabupaten penyelenggara.
Ketersediaan lahan di Kabupaten Ponorogo dan Trenggalek masih besar, terbukti dengan data yang menyebutkan bahwa terdapat sekitar 1789 unit usaha rumah tangga yang membudidayakan perikanan darat di Ponorogo. Potensi hasil produksi mereka pun bisa mencapai 1,005 ton per tahun. Potensi ini membuat BRSDM optimis jika kedua kabupaten ini kedepannya bisa menjadi sentra pembuatan pakan mandiri.
“Melalui pelatihan ini, saya harap pembuatan pakan dapat diaplikasikan dan dikembangkan untuk meningkatkan keahlian guna menjadi bekal munculnya wirausaha baru di bidang perikanan dan kelautan, sehingga dapat turut membangun perekonomian perikanan nasional,” tutur Nyoman.
Penerapan Wawasan Sustainability Berkontribusi Meningkatkan Taraf Hidup
Langkah yang diambil BRSDM sejalan dengan semangat yang selama ini digaungkan oleh Aruna melalui Yayasan Maritim Nusantara Lestari fokus pada peningkatan kualitas dengan mengutamakan keberlangsungan di sektor fisheries industry. Dengan mengupayakan pembuatan pakan mandiri, bukan hanya biaya produksi saja yang diefektifkan, tetapi juga jumlah sampah kegiatan produksi perikanan, mengingat sisa-sisa ikan yang tidak terserap ke pasar hingga ke supplier seafood dapat diolah dan tetap mendatangkan nilai ekonomi.
Aruna yakin dengan menggunakan wawasan sustainable fisheries tidak akan merusak mata pencaharian para nelayan, karena justru akan meningkatkan kualitas produksi sekaligus meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Melalui Aruna Hub, selama ini telah banyak pendampingan dan penyuluhan yang diberikan agar masyarakat pesisir bisa mengupayakan pengolahan yang memanfaatkan sisa hasil tangkapan maupun budidaya.
Selain penangkapan ikan yang sustainable membantu untuk lebih mudah menembus pasar ekspor, potensi sumber ekonomi justru juga bertambah karena sisa tangkapan bahkan hama yang mengganggu sawah dan peternakan dapat diolah lagi menjadi produk lanjutan.